Pengertian
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, seperti komunikasi yang
menggunakan gerakan tubuh , sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak
mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.
Deskripsi Historis Komunikasi Non
Verbal
Kajian pertama mengenai komunikasi
nonverbal ditemukan pada zaman Aristoteles sekitar 400 sampai 600 th sebelum
Masehi. Namun studi ilmiahnya yang berkaitan dengan retorika, baru dilakukan
pada zaman Yunani dan Romawi Kuno.
Karya Cicero Pronuntiatio atau cara
berpidato mungkin yang pertama kali memperlakukan komunikasi nonverbal secara
sistematis. Dari hasil karya Cicero ini, kemudian orang lain mengkaji pengaruh
bahasa nonverbal terhadap komunikasi dalam hampir keseluruhan situasi public
speaking.
Dalam tahun 1775, Joshua Steele
memusatkan kajiannya mengenai komunikasi nonverbal pada suara sebagai satu
instrumen atau pada suatu konsep yang disebut Prosody. Konsep dari Steele ini
menjelaskan bahwa bahasa dalam drama atau puisi dapat “dibaca” hampir seperti
notasi music. Kemudian pada tahun 1806, Gilbert Austin mengkonsentrasikan
kajiannya pada gerakan-gerakan badan yang dihubungkan dengan bahasa. Pendekatan
ini menghasilkan sebuah system yang disebut dengan elocutionary system dimana isyarat-isyarat yang “pantas” dipelajari
dan digunakan dalam pertunjukan drama. Elocutionary System adalah seni
deklamasi atau keahlian membaca/ mengucapkan kalimat dengan logat dan lagu yang
baik di muka umum.
Kajian yang lebih kompleks tentang
komunikasi nonverbal dikembangkan oleh Francois Delsarte. Delsarte
menggabungkan suara dan gerakan-gerakan badan sekaligus. Dalam kajiannya
tersebut, Delsarte berusaha meyakinkan bahwa pesan-pesan atau komunikasi secara
nonverbal merupakan “agen of the heart”.
Perbedaan
Komunikasi Verbal dengan Komunikasi Nonverbal
Ada
beberapa perbedaan mendasar antara komunikasi verbal dengan komunikasi
nonverbal, yaitu:
- Komunikasi verbal bersaluran
tunggal, nonverbal multisaluran
- Pesan verbal terpisah-pisah,
pesan nonverbal berkesinambungan
- Komunikasi nonverbal lebih
banyak mengandung muatan emosional dibanding komunikasi verbal
(Mulyana:2007)
Dale G.
Leathers (Rakhmat:2001) menyebutkan enam alasan mengapa pesan (komunikasi-red)
nonverbal sangat penting, yaitu:
1.
Sangat
menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
Ketika kita mengobrol atau
berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita
lewat pesan-pesan non-verbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak
membaca pikiran-pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk non-verbal. Menurut
Birdwhistell tidak lebih dari 30%-35% makna sosial percakapan atau interaksi
dilakukan dengan kata-kata, dan sisanya dilakukan dengan pesan non-verbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan
lewat pesan nonverbal.
Menurut Mahrabian (1967), hanya 7%
perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38%
dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah
(senyum, kontak mata, dan sebagainya).
3.
Pesan
nonverbal menyampaikan makna dan maksud, relatif lebih bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan.
Pesan non-verbal jarang dapat diatur
oleh komunikator secara sadar. Misalnya sejak zaman prasejarah, wanita selalu
mengatakan “tidak” dengan lambing verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka
tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya menyatakan “ya”.
Kecuali aktor-aktor yang terlatih, kita semua lebih jujur berkomunikasi melalui
pesan non-verbal. Hal yang kadang kemudian terjadi adalah double binding dimana
ketika pesan non-verbal bertentangan dengan pesan verbal, orang pada akhirnya
akan bersandar pada pesan non-verbal.
4.
Mempunyai
fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang
berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas
telah dipaparkan mengenai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen,
dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.
5.
Merupakan
cara komunikasi yang lebih efesien.
Dari segi waktu, pesan verbal sangat
tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi (lebih
banyak lambang dari yang diperlukan), repetisi, ambiguity, dan abstraksi.
Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal
daripada secara nonverbal.
6.
Merupakan
sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut
kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti di
sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implicit.
Leathers (1976) menyatakan bahwa jika anda meminta pelayanan seksual dari anak di
bawah umur secara verbal, anda dapat menerima hukuman pernjara. Jika anda
melakuka hal yang sama secara non-verbal, anda bebas dari hukuman. Kita dapat
memuji seseorang secara verbal, tetapi mengecamnya secara non-verbal. Inipun
sulit dituntut secara hukum.
Fungsi
Komunikasi Nonverbal
Menurut
Arni Muhammad (2000), komunikasi nonverbal memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Pengulangan
Komunikasi nonverbal biasanya digunakan sebagai pengulangan
dari apa yang telah dikatakan secara verbal.
2) Pelengkap
Tanda-tanda nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi,
menguraikan atau memberikan penekanan terhadap pesan verbal.
3) Pengganti
Pesan nonverbal digunakan untuk menggantikan pesan verbal
dalam hal pesan verbal seperti pemicaraan tidak memungkinkan, tidak
diinginkan atau tidak tepat diucapkan.
4) Memberikan Penekanan
Tanda-tanda nonverbal digunakan untuk memberikan penekanan
terhadap kata-kata yang diucapkan.
5) Memperdayakan
Kadang-kadang tanda-tanda nonverbal sengaja diciptakan untuk
memberikan informasi yang salah, dengan maksud memberikan pengarahan yang tidak
benar atau untuk memperdayakan orang lain sehingga orang lain mungkin salah
dalam menafsirkan pesan tersebut.
Dengan
bahasa yang sedikit berbeda, namun dengan substansi yang sama, Mark L. Knapp,
(Rakhmat:2001) menyebut lima fungsi nonverbal, yaitu:
1) Repetisi, mengulang kembali gagasan
yang sudah disajikan secara verbal.
2) Substitusi, menggantikan
lambang-lambang verbal.
3) Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi
makna lain terhadap pesan verbal.
4) Komplemen, melengkapi dan memperkaya makna
pesan nonverbal.
5) Aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahinya.
Karakteristik
Komunikasi Nonverbal
Beberapa
karakteristik dari komunikasi nonverbal adalah:
1.
Kita
selalu berkomunikasi
2.
Arti
tergantung kepada konteks
3.
Komunikasi
nonverbal lebih dapat dipercaya
4.
Cara
utama dalam menyatakan perasaan dan sikap
Tipe
Komunikasi Nonverbal
Berikut
beberapa tipe komunikasi nonverbal:
1) Vokalik

a.
Kualitas
suara, berkenaan dengan pengontrolan vokal, turun naik suara, pengontrolan nada
suara, pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan kecepatan berbicara.
b.
vokal, seperti tertawa, menangis, berbisik,
keluh kesah, menguap.
c.
Permberi
sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas suara.
d.
Pemisahan
vokal seperti um, uh-huh dan perbedaan diam dan gangguan suara.
2) Bahasa badan
Yang termasuk kedalam kategori bahasa badan adalah:
a.
Ekspresi
muka
b.
Pandangan
mata
c.
Gestur
atau Gerakan Isyarat
d.
Sentuhan

a.
Jarak
yang menunjukkan keintiman
Jarak ini mulai dari kontak kulit
hingga sampai 18 Inchi. Jarak ini biasanya digunakan untuk interaksi dengan
orang-orang yang kita rasa dekat secara emosional dan untuk situasi yang lebih
bersifat pribadi, seperti memperlihatkan perasaan senang, kasih sayang, dan
perasaan melindungi.
b.
Jarak
pribadi atau personal
Jarak ini berkisar antara 45 cm
sampai 135 cm. Jarak pribadi ini biasanya diambil untuk melakukan percakapan
yang lebih bersifat pribadi.
c.
Jarak
social
Jarak sosial ini berkisar antara 135
cm sampai 4m. dalam jarak ini, bermacam-macam komunikasi dapat terjadi, salah
satunya yaitu komunikasi dalam bisnis. Termasuk di dalamnya komunikasi antara
penjual dan pembeli. Jarak sosial yang agak jauh seperti 2,25m sampai 4m
digunakan dalam situasi yang lebih formal dan tidak bersifat personal seperti
jarak yang biasa digunakan antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi.
d.
Jarak
umum
Jarak umum merupakan jarak yang
paling jauh dalam komunikasi, yaitu lebih dari 4m. Jarak umum terdekat yang
biasanya digunakan yaitu komunikasi antara guru di muka kelas dengan siswanya.
Jarak umum yang terjauh adalah 8 m yang menjadikan komunikasi dua arah sulit
dilakukan. Penggunaan jarak umum ini biasanya dilakukan dalam pembicaraan
kelompok yang agak banyak, serta dalam keadaan dimana orang tidak tertarik
untuk mengadakan dialog.
4) Penggunaan waktu
Bagaimana seseorang menggunakan waktunya, memberikan
informasi kepada orang lain tentang dirinya.
1. Karena interpretasi adalah karakteristik
yang kritis dalam komunikasi nonverbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan
stimulus nonverbal tertentu dengan satu pesan verbal khusus.
2. Komunikasi nonverbal tidaklah
merupakan sistem bahasa tersendiri, tetapi lebih merupakan bagian dari
sistem verbal.
3. Komunikasi nonverbal dapat dengan mudah
ditafsirkan salah.
Beberapa
Pendekatan dalam Teori Komunikasi Nonverbal
Permulaan dari studi komunikasi nonverbal modern seringkali diidentifikasikan dengan karya Darwin: The Expression of Emotions in Man and Animals.
Teori komunikasi nonverbal kontemporer dapat digolongkan ke dalam tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan
Etologi
Teori ini mendukung asumsi dasar Darwin bahwa komunikasi nonverbal bersifat universal dan memiliki kesamaan dalam berbagai kultur yang berbeda. Dengan demikian komunikasi nonverbal merupakan suatu fungsi alamiah. Sebagai tambahan, dikemukakan pula bahwa ekspresi emosi melalui komunikasi nonverbal adalah sama antara manusia dan hewan lainnya. Contoh etologis: senyuman dan ekspresi wajah.
Teori ini mendukung asumsi dasar Darwin bahwa komunikasi nonverbal bersifat universal dan memiliki kesamaan dalam berbagai kultur yang berbeda. Dengan demikian komunikasi nonverbal merupakan suatu fungsi alamiah. Sebagai tambahan, dikemukakan pula bahwa ekspresi emosi melalui komunikasi nonverbal adalah sama antara manusia dan hewan lainnya. Contoh etologis: senyuman dan ekspresi wajah.
a.
Teori
Struktur Kumulatif
Dalam teori ini Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada makna yang
diasosiasikan dengan kinesic yang disebut cumulative structure atau meaning
centered karena lebih banyak membahas makna yang berkaitan dengan gerak
tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku yang kemudian disebut sbg
expressive behaviour yang terdiri dari lima kategori:
• Emblem: gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan verbal, yang disengaja, dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan verbal. Contoh: setuju, pujian, ucapan selamat Jalan yang digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol dan lambaian tangan.
• Ilustrator: gerakan tubuh/ekspresi wajah yang mendukung dan melengkapi pesan verbal. Contoh: raut muka serius ketika memberikan penjelasan utk menunjukkan bhw yang dibicarakan adalah persolan serius, atau gerakan tangan yang menggambarkan sesuatu yang sedang dibicarakan.
• Regulator: tindakan yang disengaja yang biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya mengenai giliran berbicara. Contoh: senyuman, anggukan kepala, tangan yg menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh.
• Adaptor: tindakan yang disengaja, yang digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi tubuh dan emosi. Terdapat dua sub kategori adaptor, yaitu: SELF (menggaruk kepala, menyentuh dagu/hidung) dan OBJECT (menggigit pinsil, memainkan kunci). Perilaku ini biasanya dipandang sbg refleksi kecemasan atau perilaku negative.
• Emosi atau affect display: yang dapat disengaja atau tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri yang bentuknya: marah, menghina, malu, takut, gembira, sedih dan terkejut.Affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan disebut Affect Blend.
Dalam teori ini Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada makna yang
diasosiasikan dengan kinesic yang disebut cumulative structure atau meaning
centered karena lebih banyak membahas makna yang berkaitan dengan gerak
tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku yang kemudian disebut sbg
expressive behaviour yang terdiri dari lima kategori:
• Emblem: gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan verbal, yang disengaja, dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan verbal. Contoh: setuju, pujian, ucapan selamat Jalan yang digantikan dengan anggukan kepala, acungan jempol dan lambaian tangan.
• Ilustrator: gerakan tubuh/ekspresi wajah yang mendukung dan melengkapi pesan verbal. Contoh: raut muka serius ketika memberikan penjelasan utk menunjukkan bhw yang dibicarakan adalah persolan serius, atau gerakan tangan yang menggambarkan sesuatu yang sedang dibicarakan.
• Regulator: tindakan yang disengaja yang biasanya digunakan dalam percakapan, misalnya mengenai giliran berbicara. Contoh: senyuman, anggukan kepala, tangan yg menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh.
• Adaptor: tindakan yang disengaja, yang digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi tubuh dan emosi. Terdapat dua sub kategori adaptor, yaitu: SELF (menggaruk kepala, menyentuh dagu/hidung) dan OBJECT (menggigit pinsil, memainkan kunci). Perilaku ini biasanya dipandang sbg refleksi kecemasan atau perilaku negative.
• Emosi atau affect display: yang dapat disengaja atau tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri yang bentuknya: marah, menghina, malu, takut, gembira, sedih dan terkejut.Affect display yang berbeda dapat diungkapkan secara bersamaan disebut Affect Blend.
b.
Teori
Tindakan
Morris mengemukakan suatu pandangan kinesic yang lebih didasarkan pada
tindakan dimana perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah yaitu:
• Inborn (pembawaan): inting yang dimiliki sejak lahir, spt perilaku menyusu.
• Discovered (ditemukan): diperoleh secara sadar dan terbatas pada struktur genetic tubuh spt menyilangkan kaki.
• Absorved (diserap): diperoleh secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain (teman) spt meniru ekspresi atau gerakan seseorang.
• Trained (dilatih): diperoleh dengan belajar spt berjalan, mengetik, dll.
• Mixed (campuran): diperoleh melalui berbagai macam cara diatas.
Morris mengemukakan suatu pandangan kinesic yang lebih didasarkan pada
tindakan dimana perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbagi ke dalam suatu rangkaian panjang peristiwa yang terpisah-pisah yaitu:
• Inborn (pembawaan): inting yang dimiliki sejak lahir, spt perilaku menyusu.
• Discovered (ditemukan): diperoleh secara sadar dan terbatas pada struktur genetic tubuh spt menyilangkan kaki.
• Absorved (diserap): diperoleh secara tidak sadar melalui interaksi dengan orang lain (teman) spt meniru ekspresi atau gerakan seseorang.
• Trained (dilatih): diperoleh dengan belajar spt berjalan, mengetik, dll.
• Mixed (campuran): diperoleh melalui berbagai macam cara diatas.
2. Pendekatan
Antropologis
Pendekatan yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall ini menempatkan kultur sebagai bagian penting dalam studi komunikasi nonverbal dipelajari melalui aturan-aturan sosial yang berbeda antara kultur 1 dengan lainnya dan subkultur 1 dengan lainnya.
Pendekatan yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall ini menempatkan kultur sebagai bagian penting dalam studi komunikasi nonverbal dipelajari melalui aturan-aturan sosial yang berbeda antara kultur 1 dengan lainnya dan subkultur 1 dengan lainnya.
a.
Analogi
Linguistik
Menurut Birdwhistell, dalam komunikasi nonverbal terdapat bunyi nonverbal yang disebut allokines yaitu satuan gerakan tubuh terkecil yang seringkali tidak dapat terdeteksi, dimana kombinasinya akan membentuk kines dalam suatu bentuk serupa dengan bahasa verbal yang disebut Analogi Linguistik. Birdwhistell juga menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari melalui struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga factor: intensitas dari tegangan yang tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan.
Menurut Birdwhistell, dalam komunikasi nonverbal terdapat bunyi nonverbal yang disebut allokines yaitu satuan gerakan tubuh terkecil yang seringkali tidak dapat terdeteksi, dimana kombinasinya akan membentuk kines dalam suatu bentuk serupa dengan bahasa verbal yang disebut Analogi Linguistik. Birdwhistell juga menjelaskan bahwa fenomena parakinesic (yaitu kombinasi gerakan yang dihubungkan dengan komunikasi verbal) dapat dipelajari melalui struktur gerakan. Struktur ini mencakup tiga factor: intensitas dari tegangan yang tampak dari otot, durasi dari gerakan yang tampak, dan luasnya gerakan.
b.
Analogi
Kultural
Analogi cultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Proxemics mengacu kepada penggunaan ruang sebagai ekpresi spesifik dari kultur yang terdiri dari tiga jenis:
(1) informal space (ruang terdekat yang mengitari kita/personal space), (2) fixedfeature space (benda di lingkungan kita yang relative sulit bergerak/dipindahkan
spt rumah, tembok, dll) dan (3) semifixed-feature space (barang2 yang dapat
dipindahkan yg berada dalam fixed-feature space).
Chronemics atau waktu menurut Hall, ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang berbeda-beda dan memiliki (1) formal time > mencakup susunan dan siklus, memiliki nilai, memilki durasi dan kedalaman, (2) informal time > ungkapan: sebentar lagi, nanti atau sekarang, (3) technical time > menggambarkan penggunaan secara lbh spesifik spt kilometer per jam, tahun matahari atau meter per detik.
Analogi cultural yang dikemukakan oleh Edward T. Hall membahas komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan chronemics. Proxemics mengacu kepada penggunaan ruang sebagai ekpresi spesifik dari kultur yang terdiri dari tiga jenis:
(1) informal space (ruang terdekat yang mengitari kita/personal space), (2) fixedfeature space (benda di lingkungan kita yang relative sulit bergerak/dipindahkan
spt rumah, tembok, dll) dan (3) semifixed-feature space (barang2 yang dapat
dipindahkan yg berada dalam fixed-feature space).
Chronemics atau waktu menurut Hall, ditemukan dalam berbagai kultur dalam bentuknya yang berbeda-beda dan memiliki (1) formal time > mencakup susunan dan siklus, memiliki nilai, memilki durasi dan kedalaman, (2) informal time > ungkapan: sebentar lagi, nanti atau sekarang, (3) technical time > menggambarkan penggunaan secara lbh spesifik spt kilometer per jam, tahun matahari atau meter per detik.
3. Pendekatan
Fungsional
Teori ini tidak menaruh perhatian pada apakah penandaan nonverbal merupakan pembawaan yang bersifat universal dan alamiah, atau diperoleh melalui belajar dan dipengaruhi oleh spesifikasi cultural. Teori-teori fungsional lebih menekankan pada fungsi, peran dan hasil yang diperoleh dari penggunaan perilaku nonverbal dalam situasi komunikasi.
Teori ini tidak menaruh perhatian pada apakah penandaan nonverbal merupakan pembawaan yang bersifat universal dan alamiah, atau diperoleh melalui belajar dan dipengaruhi oleh spesifikasi cultural. Teori-teori fungsional lebih menekankan pada fungsi, peran dan hasil yang diperoleh dari penggunaan perilaku nonverbal dalam situasi komunikasi.
a. Teori Metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam pengelompokkan fungsi dalam tiga kontinum: (1) dominan submisif (2) menyenangkan tidak menyenangkan (3) menggairahkan tidak menggairahkan. Tiap kontinum dianalisis melalui tiga metafora: (1) kekuasan dan status (2) kesukaan (3) tingkat responsif. Teori Mehrabian dapat diterapkan pada semua komunikasi nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan pada penandaan kinesic paralanguage, sentuhan dan jarak/ruang.
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke dalam pengelompokkan fungsi dalam tiga kontinum: (1) dominan submisif (2) menyenangkan tidak menyenangkan (3) menggairahkan tidak menggairahkan. Tiap kontinum dianalisis melalui tiga metafora: (1) kekuasan dan status (2) kesukaan (3) tingkat responsif. Teori Mehrabian dapat diterapkan pada semua komunikasi nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan pada penandaan kinesic paralanguage, sentuhan dan jarak/ruang.
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Lanet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-equilibrium, bahwa setiap kita berinteraksi, kita mengalami atau menggunakan seluruh saluran komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam suatu saluran nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi, misalnya pendekatan dan penghindaran.
Michael Argyle dan Lanet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintiman-equilibrium, bahwa setiap kita berinteraksi, kita mengalami atau menggunakan seluruh saluran komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam suatu saluran nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi, misalnya pendekatan dan penghindaran.
c. Teori Fungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi: (1)
memberikan informasi, (2) mengekspresikan keintiman, (3) mengatur interaksi/giliran berbicara, (4) melaksanakan control sosial—digunakan ketika kita mengekspresikan pandangan dan (5) membantu pencapaian tujuan—misalnya sentuhan.
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi: (1)
memberikan informasi, (2) mengekspresikan keintiman, (3) mengatur interaksi/giliran berbicara, (4) melaksanakan control sosial—digunakan ketika kita mengekspresikan pandangan dan (5) membantu pencapaian tujuan—misalnya sentuhan.
d. Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada kegunaan, motif atau hasil komunikasi, yang bukan sekedar pada apa yang ditampilkan oleh perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada dibaliknya.
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini memfokuskan kepada kegunaan, motif atau hasil komunikasi, yang bukan sekedar pada apa yang ditampilkan oleh perilaku nonverbal, tetapi juga pada hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang ada dibaliknya.
attention...
BalasHapusini blog baru saiia (pemilik blog ini)
http://cikajilbabers.blogspot.com/